Paris Saint-Germain (PSG) adalah salah satu klub sepak bola terbesar di dunia saat ini. Namun, kejayaan yang dinikmati PSG pada era modern ini tidak bisa dilepaskan dari peran penting Qatar Sports Investments (QSI). Sejak diakuisisi oleh QSI pada tahun 2011, PSG telah berubah dari klub yang berjuang di level domestik menjadi kekuatan global yang mendominasi sepak bola Prancis dan bersaing di panggung internasional. Di bawah kendali QSI, PSG tidak hanya memegang status sebagai klub elit di Eropa, tetapi juga menjadi simbol dari ambisi besar Qatar dalam mengembangkan kekuatan lunaknya melalui olahraga, khususnya sepak bola.
Didirikan pada tahun 1970, PSG relatif muda dibandingkan dengan klub-klub besar Eropa lainnya seperti Real Madrid, Barcelona, atau Manchester United. Selama beberapa dekade, PSG mengalami pasang surut dalam kancah sepak bola Prancis, sesekali meraih kesuksesan di kompetisi domestik, tetapi jarang bersaing dengan konsistensi di kompetisi Eropa. Keberadaan klub ini lebih dikenal sebagai kekuatan lokal Prancis yang belum mampu menembus puncak dunia sepak bola.
Namun, semuanya berubah ketika Qatar Sports Investments membeli PSG. QSI, sebuah perusahaan investasi milik negara Qatar, melihat sepak bola sebagai cara strategis untuk meningkatkan citra Qatar di dunia internasional. Pengambilalihan ini bukan hanya soal investasi dalam dunia olahraga, melainkan bagian dari strategi yang lebih besar oleh Qatar untuk memperluas pengaruh global mereka menjelang Piala Dunia 2022 yang diselenggarakan di Doha. Dengan dana yang hampir tak terbatas, QSI mulai merombak PSG, mendatangkan pemain-pemain terbaik dunia, dan mengubah struktur klub menjadi salah satu yang paling profesional dan ambisius di Eropa.
Langkah pertama yang signifikan di bawah kepemilikan QSI adalah mendatangkan pemain-pemain kelas dunia, seperti Zlatan Ibrahimović, Thiago Silva, dan Edinson Cavani. Dalam waktu singkat, PSG menjadi tim yang dominan di Liga Prancis (Ligue 1), memenangkan gelar liga secara konsisten. situs slot gacor resmi terpercaya Namun, ambisi QSI tidak berhenti di situ. Mereka memiliki visi lebih besar, yaitu menjadikan PSG sebagai klub yang mampu bersaing di tingkat tertinggi kompetisi Eropa, Liga Champions UEFA.
Pada tahun 2017, langkah besar lainnya diambil ketika PSG menggemparkan dunia sepak bola dengan transfer Neymar dari Barcelona. Dengan biaya transfer sebesar €222 juta, Neymar menjadi pemain termahal dalam sejarah sepak bola saat itu. Langkah ini menandai pernyataan besar dari PSG bahwa mereka ingin menjadi pemain utama di Eropa, bukan sekadar penguasa domestik. Tak lama setelah itu, PSG juga mendatangkan Kylian Mbappé, salah satu talenta muda terbaik di dunia, dengan status pinjaman yang kemudian dipermanenkan dengan biaya transfer yang juga sangat besar.
Di bawah kendali QSI, PSG tidak hanya memperkuat skuad mereka dengan pemain bintang, tetapi juga mengembangkan infrastruktur klub secara menyeluruh. Stadion Parc des Princes menjadi markas yang dipoles dengan fasilitas modern, dan klub secara aktif memperluas basis penggemar globalnya melalui kerja sama komersial dan sponsor internasional. PSG menjadi salah satu klub yang paling menarik secara komersial, mampu mendatangkan sponsor dari berbagai sektor, termasuk maskapai, perusahaan teknologi, dan mode, dengan nama-nama besar seperti Nike dan Jordan Brand terikat dengan klub.
Namun, meskipun PSG menjadi kekuatan dominan di Prancis, tantangan utama mereka tetap adalah Liga Champions. Pada tahun-tahun awal kepemilikan QSI, PSG sering kali tersandung di babak-babak akhir kompetisi Eropa, meskipun memiliki skuad bertabur bintang. Tapi akhirnya, pada musim 2019-2020, PSG berhasil mencapai final Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah klub. Meskipun kalah dari Bayern Munich di final, pencapaian ini menandai tonggak penting dalam perjalanan PSG untuk menjadi kekuatan Eropa yang sejati.
Keberhasilan PSG di bawah QSI juga membawa dampak yang lebih luas bagi sepak bola Prancis. Dengan PSG yang begitu dominan, Ligue 1 menjadi lebih dikenal di seluruh dunia. Namun, dominasi PSG juga memicu kritik dari beberapa pihak yang merasa bahwa klub ini telah mengubah keseimbangan kompetisi di Prancis, dengan sumber daya yang jauh melampaui klub-klub lain.
Kritik ini tidak hanya berasal dari dalam negeri, tetapi juga dari luar. Kebijakan belanja besar-besaran PSG telah memicu perdebatan tentang Financial Fair Play (FFP), aturan yang diberlakukan oleh UEFA untuk mencegah klub-klub menghabiskan lebih dari pendapatan yang mereka hasilkan. Beberapa kali, PSG mendapat sorotan terkait kepatuhan mereka terhadap aturan ini. Namun, dengan dukungan finansial dari Qatar, PSG terus melaju dengan strategi ambisius mereka, bertekad untuk mengukuhkan diri sebagai klub sepak bola terkemuka di dunia.
Pada akhirnya, Paris Saint-Germain di bawah kendali Qatar Sports Investments adalah cerminan dari era baru dalam sepak bola modern. Di tengah arus globalisasi, kekuatan finansial besar telah mengubah cara klub beroperasi dan bersaing. PSG, dengan dukungan QSI, telah menunjukkan bahwa dalam dunia sepak bola yang semakin kompetitif, modal besar, strategi jangka panjang, dan ambisi global dapat mengubah nasib sebuah klub. Meski perjalanan mereka untuk menjuarai Liga Champions masih terus berlanjut, PSG telah mengukir sejarah sebagai salah satu kekuatan baru dalam sepak bola dunia, siap bersaing dengan raksasa-raksasa Eropa lainnya di puncak kejayaan.